Roy Marten Blak-blakan soal Masa Lalu dan Sabu

Roy Marten, salah satu aktor legenda Indonesia, selama ini dikenal sebagai figur publik yang pernah mengalami lika‑liku karier serta persoalan pribadi, termasuk kasus penyalahgunaan narkoba. Dalam sebuah wawancara terbaru, ia secara terbuka mengungkap sisi kelam dari masa lalunya—bagaimana ia bisa terjerumus ke penggunaan sabu dan melihat sendiri realitas gelap di balik gemerlap dunia hiburan. suara.com+2suara.com+2


Pengakuan Terbaru: “Dulu Anti, Kok Bisa Terjerumus”

Dalam kanal YouTube Push Creative Production, Roy Marten mengaku bahwa saat muda ia sangat menolak narkoba:

“Saya adalah orang, anak muda yang sangat anti narkoba … saya dulu tidak ngerokok, saya tidak isap ganja. Apalagi obat‑obatan, saya sangat anti.” suara.com

Namun titik balik terjadi pada tahun 2006. Ia mengatakan bahwa beban kerja yang sangat tinggi—syuting beberapa sinetron hingga larut malam—membuatnya kelelahan fisik dan mental. Dalam kondisi tersebut, ia diperkenalkan kepada sabu sebagai “zat baru” dengan alasan membantu stamina kerja. suara.com+1


Kisah Kedua Kali Tersandung & Penjara

Tidak hanya satu kali. Sumber mencatat bahwa Roy Marten pernah dua kali ditangkap karena kasus narkoba:

  • 2 Februari 2006: Penangkapan karena kepemilikan jenis sabu‑sabu seberat 3 gram. kumparan+1

  • 13 November 2007: Penangkapan di hotel di Surabaya dengan barang bukti sabu serta alat isap. kumparan+1

Akibatnya, ia menjalani hukuman penjara dan mengalami rehabilitasi. ANTARA News+1


Refleksi dan Pesan untuk Generasi Muda

Roy Marten mengatakan bahwa pengalaman buruknya bergulat dengan sabu bukan hanya soal hukum atau moral, tetapi juga soal tekanan industri hiburan. Ia mengungkap bahwa narkoba semacam “doping instan” untuk tampil di panggung atau tetap aktif di dunia hiburan:

“Memang narkoba jenis tertentu … sabu … itu untuk panggung. Itu luar biasa itu.” suara.com

Ia pun berpesan kepada generasi muda untuk tidak terpikir bahwa narkoba adalah jalan pintas:

“Seminggu pertama, sebulan, setahun memang tidak mudah untuk langsung berhenti. Tapi tidak ada cara lain selain stop gunakan narkoba.” WowKeren


Implikasi bagi Industri Hiburan dan Publik

  • Keterbukaan figur publik: Pengakuan Roy ini membuka pintu diskusi publik tentang sisi gelap dunia selebritas, di mana tekanan kerja dan tuntutan penampilan bisa memicu penggunaan zat terlarang.

  • Pentingnya edukasi narkoba: Kasus ini menunjukkan bahwa sekadar “menolak” narkoba saja belum cukup jika lingkungan dan kondisi mental/pekerjaan mendukung pemakaian.

  • Pemulihan & rehabilitasi: Roy sudah melalui proses pemulihan dan sekarang menggunakan pengalamannya sebagai pelajaran—baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain yang mungkin berada di posisi serupa.


Kesimpulan

Roy Marten telah memilih untuk jujur dan terbuka tentang masa lalu kelamnya terkait narkoba sabu‑sabu. Dari titik “anti narkoba” hingga terjerumus karena tekanan pekerjaan, lalu mengalami penegakan hukum dan akhirnya menjadi figur yang lebih sadar dan ingin berbagi pengalaman. Kisahnya bukan hanya soal selebritas yang tergelincir, tetapi juga cermin bagi industri hiburan dan masyarakat: bahwa tekanan, kebosanan, dan janji “instan” bisa menjadi jebakan nyata. Pengakuan ini mengajak kita untuk lebih memahami kompleksitas masalah penyalahgunaan narkoba—bukan selalu soal kelemahan moral, tetapi juga soal konteks sosial dan psikologis di baliknya.